Kereta Terakhir!! - Chapter 1
"Kereta Terakhir !!"
Ceritain Kuy |
Waktu menunjukan pukul sebelas lewat tiga puluh menit.
"Hmm... sudah jam segini." Gumamku seraya melihat ke arah jam di tangan kananku.
Dengan tergesa-gesa aku memasuki stasiun dan membeli tiket untuk pulang. Awalnya, semua nampak normal - normal saja, sampai aku menyadari kalau ada seorang anak kecil yang tengah duduk di samping mesin penjual tiket. "Bagaimana bisa, seorang anak kecil sendirian di stasiun malam-malam begini". Pikirku.
"Dek, kamu ngapain malam - malam di sini, memangnya orang tua kamu kemana?" Tanyaku.
Tidak ada jawaban sama sekali dari anak kecil itu. Ia hanya menatapku dengan tatapan kosong serta menggelengkan kepalanya.
"Kamu, kakak antar ke pos satpam ya?"
"..."
Anak tersebut tetap diam tanpa sedikit katapun.
*Di beritahukan kepada seluruh penumpang kereta jurusan Lambar, saat ini kereta sedang berada di Stasiun Kumel.
Dengan tergesa-gesa aku memasuki stasiun dan membeli tiket untuk pulang. Awalnya, semua nampak normal - normal saja, sampai aku menyadari kalau ada seorang anak kecil yang tengah duduk di samping mesin penjual tiket. "Bagaimana bisa, seorang anak kecil sendirian di stasiun malam-malam begini". Pikirku.
"Dek, kamu ngapain malam - malam di sini, memangnya orang tua kamu kemana?" Tanyaku.
Tidak ada jawaban sama sekali dari anak kecil itu. Ia hanya menatapku dengan tatapan kosong serta menggelengkan kepalanya.
"Kamu, kakak antar ke pos satpam ya?"
"..."
Anak tersebut tetap diam tanpa sedikit katapun.
*Di beritahukan kepada seluruh penumpang kereta jurusan Lambar, saat ini kereta sedang berada di Stasiun Kumel.
"Walah, masih dua stasiun lagi.." Gumamku merespon pengumuman tadi,
"Ini sudah malam, adek ikut kakak aja yuk!" Ucapku, walaupun terdengar seperti seorang om - om yang sedang mengincar anak kecil. Tapi, percayalah maksudku ini baik dan tidak seperti yang kalian pikirkan.
Namun, tetap saja dia hanya menengok ke arahku dengan tatapan kosongnya.
"Hadeh~ nih bocah ngapa ya!" Gumamku.
Suasana terasa canggung bagiku. Terlihat dari kejauhan, berkali-kali security stasiun memperhatikanku. Mungkin ia berpikir "ini orang mencurigakan sekali!". Tapi, aku berusaha untuk tidak menghiraukannya.
Aku bisa saja berpindah tempat dari tempatku berdiri saat ini. Namun, aku mana tega meninggalkan begitu saja seorang anak kecil sendirian malam-malam begini.
Tak sadar perhatianku teralihkan oleh ponselku, sampai tak terasa keretapun telah tiba.
*Tuttttttt...Jeshhhhh...
"Akhirnya~" Ucapku.
"Kamu ikut kakak saj..."
"Lah.. kemana perginya anak kecil tadi???" Tanyaku heran.
Aku berusaha untuk berpikir positif. Mungkin, anak tadi sudah di jemput oleh keluarganya saat aku sedang asik memainkan ponselku tadi.
Tanpa berlama - lama aku pun menaiki kereta tersebut.
"Gile, tumben banget penumpangnya sepi begini."
*Kepada para penumpang, mohon jauhkan tangan anda dari pintu kereta. Karena pintu kereta akan segera ditutup...
*Cessshhh
"Akhirnya, aku bisa segera pulang!" Seruku.
Untuk bisa sampai di stasiun pemberhentianku, aku harus melewati empat stasiun terlebih dahulu. Jadi, bisa dibilang ini akan menjadi perjalanan yang cukup memakan waktu.
Rasa bosan perlahan - lahan mulai menghampiriku. Bagaimana tidak, selain di gerbong ini hanya ada aku saja seorang, TV yang biasa memutarkan iklan - iklan di atas gerbong juga dimatikan oleh petugasnya, Mungkin karena sudah malam juga.
Satu - satunya penyelamatku dari kebosanan ini ialah ponselku. Aku berinisiatif mengambil headset dari dalam tasku dan menyetel musik favoriku melalui ponsel.
"Untung baterai ponselku masih banyak. Jadi, aku bisa mendengarkan musik."
Tak lama kereta yang kunaiki berhenti di sebuah stasiun. Terlihat, ada seorang ayah beserta anak perempuannya memasuki gerbong kereta yang sama denganku.
Awalnya aku tidak menyadarinya dan bersikap biasa - biasa saja. Sampai, waktu ku perhatikan kembali, ternyata anak yang bersama bapak ini adalah anak yang tadi ku temui di stasiun tempat aku naik kereta ini.
Karena penasaran, akupun bertanya kepada bapak tersebut.
"Pak, mohon maaf sebelumnya. Ini anak Bapak?"
"Iy-iya mas, kenapa memangnya?"
"Eng-enggak kok... ini, tadi kan saya naik dari stasiun kopi dan saya sempat bertemu dengan anak bapak ini."
"Heheh mana mungkin mas. Anak saya ini dari tadi selalu bersama saya kok, lagi juga kami berdua kan naik dari stasiun bodong!"
"Heheh... Mungkin saya salah orang kali ya. Kalau begitu maaf saya mengganggu pak!"
Bapak tersebut membalas permintaan maaf ku dengan retakan kecil di bibirnya. Mungkin ia berpikir kalau aku adalah orang aneh. Tapi sungguh, anak kecil yang tadi ku temui itu, persis sekali dengan anak yang bersama bapak ini.
"Akhirnya~" Ucapku.
"Kamu ikut kakak saj..."
"Lah.. kemana perginya anak kecil tadi???" Tanyaku heran.
Aku berusaha untuk berpikir positif. Mungkin, anak tadi sudah di jemput oleh keluarganya saat aku sedang asik memainkan ponselku tadi.
Tanpa berlama - lama aku pun menaiki kereta tersebut.
"Gile, tumben banget penumpangnya sepi begini."
*Kepada para penumpang, mohon jauhkan tangan anda dari pintu kereta. Karena pintu kereta akan segera ditutup...
*Cessshhh
"Akhirnya, aku bisa segera pulang!" Seruku.
Untuk bisa sampai di stasiun pemberhentianku, aku harus melewati empat stasiun terlebih dahulu. Jadi, bisa dibilang ini akan menjadi perjalanan yang cukup memakan waktu.
Rasa bosan perlahan - lahan mulai menghampiriku. Bagaimana tidak, selain di gerbong ini hanya ada aku saja seorang, TV yang biasa memutarkan iklan - iklan di atas gerbong juga dimatikan oleh petugasnya, Mungkin karena sudah malam juga.
Satu - satunya penyelamatku dari kebosanan ini ialah ponselku. Aku berinisiatif mengambil headset dari dalam tasku dan menyetel musik favoriku melalui ponsel.
"Untung baterai ponselku masih banyak. Jadi, aku bisa mendengarkan musik."
Tak lama kereta yang kunaiki berhenti di sebuah stasiun. Terlihat, ada seorang ayah beserta anak perempuannya memasuki gerbong kereta yang sama denganku.
Awalnya aku tidak menyadarinya dan bersikap biasa - biasa saja. Sampai, waktu ku perhatikan kembali, ternyata anak yang bersama bapak ini adalah anak yang tadi ku temui di stasiun tempat aku naik kereta ini.
Karena penasaran, akupun bertanya kepada bapak tersebut.
"Pak, mohon maaf sebelumnya. Ini anak Bapak?"
"Iy-iya mas, kenapa memangnya?"
"Eng-enggak kok... ini, tadi kan saya naik dari stasiun kopi dan saya sempat bertemu dengan anak bapak ini."
"Heheh mana mungkin mas. Anak saya ini dari tadi selalu bersama saya kok, lagi juga kami berdua kan naik dari stasiun bodong!"
"Heheh... Mungkin saya salah orang kali ya. Kalau begitu maaf saya mengganggu pak!"
Bapak tersebut membalas permintaan maaf ku dengan retakan kecil di bibirnya. Mungkin ia berpikir kalau aku adalah orang aneh. Tapi sungguh, anak kecil yang tadi ku temui itu, persis sekali dengan anak yang bersama bapak ini.
Sesaat setelah aku bertanya dengan bapak tersebut, tiba-tiba saja bulu kudukku merinding. Perasaanku yang awalnya biasa - biasa saja, mendadak mulai tidak enak. Untuk menghindari hal - hal yang tidak di inginkan, aku langsung beergegas pindah ke gerbong sebelah.
"Hmm... kok aku jadi merinding begini." Gumamku.
Di hati kecilku masih ada rasa penasaran dengan anak kecil yang tadi ku temui sewaktu aku naik kereta ini. Masa iya, aku salah lihat... padahal sudah jelas-jelas kalau anak kecil yang bersama bapak ini adalah anak kecil yang tadi ku temui di dekat mesin penjual tiket. Untuk memastikan tidak ada hal-hal yang aneh, akupun mengintip ke arah gerbong awal tadi. Namun...
Si bapak dan anak kecil tadi tidak ada di gerbong tersebut. Berbagai konspirasi mulai bermunculan di kepalaku, aku berusaha menghiraukan semuanya dan berfikir mungkin mereka berdua juga ikut pindah ke gerbong lain sama seperti yang ku lakukan ini.
Namun, tak lama perasaanku semakin tidak enak.
"Apa mungkin mereka berdua..."
"... Ah tidak - tidak. Mereka berdua hanya pindah ke gerbong lain." Ucapku berusahan meyakinkan diriku sendiri bahwa tidak ada hal yang aneh di sini.
Tak lama, kereta kembali berhenti di sebuah stasiun kecil. Ya, seperti yang ku bilang tadi, untuk sampai ke stasiun pemberhentianku, aku harus melewati empat stasiun terlebih dahulu.
Aku terdiam dengan apa yang ku lihat ini. Aku mendapati bapak dan anak kecil yang sama kembali menaiki kereta ini.
"Njir... Lah... Kok... Bukannya..." Semua konspirasi - konspirasi yang tadi ku patahkan sepertinya kenyataan.
"Hmm... kok aku jadi merinding begini." Gumamku.
Di hati kecilku masih ada rasa penasaran dengan anak kecil yang tadi ku temui sewaktu aku naik kereta ini. Masa iya, aku salah lihat... padahal sudah jelas-jelas kalau anak kecil yang bersama bapak ini adalah anak kecil yang tadi ku temui di dekat mesin penjual tiket. Untuk memastikan tidak ada hal-hal yang aneh, akupun mengintip ke arah gerbong awal tadi. Namun...
Si bapak dan anak kecil tadi tidak ada di gerbong tersebut. Berbagai konspirasi mulai bermunculan di kepalaku, aku berusaha menghiraukan semuanya dan berfikir mungkin mereka berdua juga ikut pindah ke gerbong lain sama seperti yang ku lakukan ini.
Namun, tak lama perasaanku semakin tidak enak.
"Apa mungkin mereka berdua..."
"... Ah tidak - tidak. Mereka berdua hanya pindah ke gerbong lain." Ucapku berusahan meyakinkan diriku sendiri bahwa tidak ada hal yang aneh di sini.
Tak lama, kereta kembali berhenti di sebuah stasiun kecil. Ya, seperti yang ku bilang tadi, untuk sampai ke stasiun pemberhentianku, aku harus melewati empat stasiun terlebih dahulu.
Aku terdiam dengan apa yang ku lihat ini. Aku mendapati bapak dan anak kecil yang sama kembali menaiki kereta ini.
"Njir... Lah... Kok... Bukannya..." Semua konspirasi - konspirasi yang tadi ku patahkan sepertinya kenyataan.
Mereka berdua menaiki gerbong sebelah tempat awal ku naik kereta ini.
"Dari awal aku memang sudah curiga dengan mereka berdua."
"Huft... untuk sampai di stasiun pemberhentianku, masih harus melewati dua stasiun lagi."
Karena suasana yang kupikir mulai tidak kondusif, akhirnya aku memutuskan untuk berhenti di stasiun berikutnya.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya terlihat sebuah stasiun.
"Akhirnya..."
Perasaanku sedikit lega melihat stasiun tersebut. Namun, sungguh sial, kereta yang ku naiki ini tidak berhenti di stasiun itu.
*Tuttt... Tuttt...
"Anjir, ini kereta gak berhenti lagi" Gumamku.
Rasa takut semakin menghantuiku ketika aku kembali mengintip ke gerbong sebelah, untuk memastikan kalau aku hanya salah lihat. Namun, sesaat sebelum aku menengok....
Aku terdiam, ketika lampu - lampu di gerbong yang ku naiki ini nyala idup nyala idup...
"Itumah normal burhan~"
Oops, maksudku lampu gerbong ini nyala mati nyala mati.
"Sial~ Tadinya saja aku menginap saja bersama teman kantorku di hotel capsule. siapa tahu bisa... :3"
"Mending ku telepon si Rian!!!"
*Tut~
*Tut~
*Tut~
"Haduh, si kampret malah kaga diangkat!"
"Tut~
"Hal-Halo... ap-apa si Ki, tengah malam begini telepon orang?"
"Eh... ini Ri. Kau pernah tidak pas lembur shift tiga dan pulangnya naik kereta dari stasiun dekat kantor kita?"
"Dulu waktu awal-awal sih sering Ki. Tapi, aku sudah tidak berani lagi semenjak kejadian itu!"
"Kejadian apa?"
"Anjir, ini kereta gak berhenti lagi" Gumamku.
Rasa takut semakin menghantuiku ketika aku kembali mengintip ke gerbong sebelah, untuk memastikan kalau aku hanya salah lihat. Namun, sesaat sebelum aku menengok....
Aku terdiam, ketika lampu - lampu di gerbong yang ku naiki ini nyala idup nyala idup...
"Itumah normal burhan~"
Oops, maksudku lampu gerbong ini nyala mati nyala mati.
"Sial~ Tadinya saja aku menginap saja bersama teman kantorku di hotel capsule. siapa tahu bisa... :3"
"Mending ku telepon si Rian!!!"
*Tut~
*Tut~
*Tut~
"Haduh, si kampret malah kaga diangkat!"
"Tut~
"Hal-Halo... ap-apa si Ki, tengah malam begini telepon orang?"
"Eh... ini Ri. Kau pernah tidak pas lembur shift tiga dan pulangnya naik kereta dari stasiun dekat kantor kita?"
"Dulu waktu awal-awal sih sering Ki. Tapi, aku sudah tidak berani lagi semenjak kejadian itu!"
"Kejadian apa?"
"Memangnya kau tidak tahu?"
"Tahu apaan?"
"Sekitar sebulan yang lalu, di stasiun dekat kantor kita itu. Ada yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya kearah kereta yang sedang berjalan kencang.
"WTF... kau aku tidak tahu ya?"
"Hmm... mungkin hanya kau saja yang tidak update Ki!"
"Memangnya... ada berapa korban bunuh diri tersebut Ri?"
"Kalau gak salah dua Ki, seorang ayah bersama dengan anak perempuannya".
Sontak, tanganku gemetar mendengar apa yang di ucapkan Ari. Aku terdiam tak percaya dengan apa yang aku dengar ini. Ternyata selama ini konspirasi - konspirasi yang muncul di pikiranku itu adalah kenyataan.
*Brukk...
"Hal-halo Ki... ki..."
Tanganku gemetar dan bulu kudukku semakin merinding. Aku benar - benar berada dalam situasi dimana tidak bisa apa - apa. Karena, selain kereta yang masih jauh untuk sampai di stasiun berikutnya. Aku juga naik bersama dengan orang yang "mungkin" tidak nyata di kereta ini.
Aku hanya bisa berharap, ini semua segera berakhir.
"Owh iya, lebih baik aku mendengarkan musik saja!" Seruku seraya berusaha agar tidak panik.
Aku kembali headsetku tadi lalu aku memainkan musik heavy metal di ponselku dengan maksud agar perhatianku ini teralihkan. Namun, hanya beberapa saat setelah aku mainkan musik tersebut... Baterai ponselku habis. Sial, sepertinya dari tadi ponselku ini terus memutarkan musik sehingga baterainya habis.
Suasana semakin tidak kondusif setelah lampu gerbong sebelahku padam.
"Astagfir, jangan panik Ki jangan panik."
Aku hanya terdiam dan pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Beberapa do'a aku panjatkan dan memohon perlindungan yang maha kuasa.
Tanpa tersadar aku tertidur...
Samar - samar aku mendengar suara seseorang memanggilku. Perlahan - lahan ku buka mataku ini lalu kudapati di sana rupanya Ari yang sejak tadi memanggilku.
"Hmm bangun juga akhirnya".
"Eh... kok... aku.. bisa disini!"
"Kau ini, ku cari - cari dari tadi gak taunya sedang tidur di gudang. Lain kali kalau kau mau istirahat, bilang - bilang lah. Kan capek aku jadi kerja sendirian!"
"Lah~"
"Lah kenapa... sudah - sudah lebih baik kau cuci muka terlebih dahulu. Pelanggan kita hari ini banyak sekali. Kau mau nganggur lagi, karena males - malesan?"
Aku spontan menggelengkan kepalaku. Walaupun sebenarnya, aku masih heran dengan apa yang sebenernya terjadi.
Aku pun berjalan menuju toilet untuk mencuci muka ku ini.
"Masnya pegawai di sini ya?"
"Heheh iya pak, saya pega...."
Mata ku terbelalak, saat ku sadari ternyata orang di sebelahku adalah bapak - bapak yang tadi ada di mimpiku.
"Tahu apaan?"
"Sekitar sebulan yang lalu, di stasiun dekat kantor kita itu. Ada yang bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya kearah kereta yang sedang berjalan kencang.
"WTF... kau aku tidak tahu ya?"
"Hmm... mungkin hanya kau saja yang tidak update Ki!"
"Memangnya... ada berapa korban bunuh diri tersebut Ri?"
"Kalau gak salah dua Ki, seorang ayah bersama dengan anak perempuannya".
Sontak, tanganku gemetar mendengar apa yang di ucapkan Ari. Aku terdiam tak percaya dengan apa yang aku dengar ini. Ternyata selama ini konspirasi - konspirasi yang muncul di pikiranku itu adalah kenyataan.
*Brukk...
"Hal-halo Ki... ki..."
Tanganku gemetar dan bulu kudukku semakin merinding. Aku benar - benar berada dalam situasi dimana tidak bisa apa - apa. Karena, selain kereta yang masih jauh untuk sampai di stasiun berikutnya. Aku juga naik bersama dengan orang yang "mungkin" tidak nyata di kereta ini.
Aku hanya bisa berharap, ini semua segera berakhir.
"Owh iya, lebih baik aku mendengarkan musik saja!" Seruku seraya berusaha agar tidak panik.
Aku kembali headsetku tadi lalu aku memainkan musik heavy metal di ponselku dengan maksud agar perhatianku ini teralihkan. Namun, hanya beberapa saat setelah aku mainkan musik tersebut... Baterai ponselku habis. Sial, sepertinya dari tadi ponselku ini terus memutarkan musik sehingga baterainya habis.
Suasana semakin tidak kondusif setelah lampu gerbong sebelahku padam.
"Astagfir, jangan panik Ki jangan panik."
Aku hanya terdiam dan pasrah dengan apa yang akan terjadi.
Beberapa do'a aku panjatkan dan memohon perlindungan yang maha kuasa.
Tanpa tersadar aku tertidur...
.
.
.
.
"Ki... Ki..."Samar - samar aku mendengar suara seseorang memanggilku. Perlahan - lahan ku buka mataku ini lalu kudapati di sana rupanya Ari yang sejak tadi memanggilku.
"Hmm bangun juga akhirnya".
"Eh... kok... aku.. bisa disini!"
"Kau ini, ku cari - cari dari tadi gak taunya sedang tidur di gudang. Lain kali kalau kau mau istirahat, bilang - bilang lah. Kan capek aku jadi kerja sendirian!"
"Lah~"
"Lah kenapa... sudah - sudah lebih baik kau cuci muka terlebih dahulu. Pelanggan kita hari ini banyak sekali. Kau mau nganggur lagi, karena males - malesan?"
Aku spontan menggelengkan kepalaku. Walaupun sebenarnya, aku masih heran dengan apa yang sebenernya terjadi.
Aku pun berjalan menuju toilet untuk mencuci muka ku ini.
"Masnya pegawai di sini ya?"
"Heheh iya pak, saya pega...."
Mata ku terbelalak, saat ku sadari ternyata orang di sebelahku adalah bapak - bapak yang tadi ada di mimpiku.
.
.
.
To be Continued
Ide ceritanya lumayan, cuma kurang mendekripsikannya aja, bahasa dan tanda bacanya juga perbaiki lagi ��ini baru permulaan, semangat terus��
ReplyDeleteThanks masukannya gan hihi
Delete