-->

Sticky Note Ryuko - Chapter 0

"Chapter 0 - Mungkin, Sepertinya!"

Karya : Knoxx_46
Keputusan Awal
    Kato Ryuko menghela nafasnya, seraya menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dalam kereta cepat yang akan membawanya ke kota D. Untuk pertama kali di dalam hidupnya, ia belajar hidup mandiri jauh dari Orang tua. Meskipun berat, ini adalah keputusan yang sudah sejak lama ia pertimbangkan. Jadi, dia harus siap atas segala macam resiko yang mungkin akan dihadapinya nanti.

"Yu... Ryu... Woi KATO!!!" Tanya Haru dengan nada kesal.

"Ap-apaan sih, berisik sekali Kau ini." Jawab Ryuko seraya mengerutkan dahinya tanda kesal dengan sikap Haru.

"Lagian... dari tadi Ku panggil Kau diam saja. Kau pasti sedang memikirkan hal kotor ya?" Lanjut Haru menggoda Ryuko.

"Sembarangan. Aku hanya sedang menahan rasa kantukku." Jawab Ryuko kembali.

    Wajah Ryuko terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Haru pun penasaran, apa yang sebenarnya yang sedang dipikirkan oleh sahabatnya tersebut. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertanya kepada Ryuko.

"Hmm... mungkin ini tidak ada hubungannya denganku. Tapi, biar kuberi saran... alangkah lebih baiknya jika kau menceritakan segala macam masalahmu kepadaku. Lagi pula kita ini kan sahabat, masa Kau tidak percaa sama sahabatmu sendiri." Sahut Haru.

"Tap-tapi memang benar, Aku hanya sedang menahan rasa kantukku saja." Jawab Ryuko.

Haru tidak lantas langsung percaya kepadanya.

"Azzz... kalau begitu biar kutebak.  Pasti Kau sedang memikirkan Ibumu kan?" Tanya Haru.

Seketika Ryuko menjadi salah tingkah mendengar pernyataan Haru tadi.

"Heh... dar-dari mana Kau tahu?" Tanya Ryuko heran.

"Tentu saja Aku tahu." Jawab Haru kembali.

"Huft... sepertinya Aku memang tidak bisa menyembunyikan sesuatu darimu." Lanjut Ryuko.

"Itu karena wajahmu yang gampang sekali kutebak jika sedang ada masalah. Terlebih, kita ini sudah bersama sejak SD dulu. Tentu Aku sudah hafal betul dengan gerak-gerikmu yang sedang mengalami masalah." Seru Haru.

"Hmm..." Gumam Ryuko.

    Ryuko memang seorang anak yang sangat tertutup sekali. Bahkan, kepada sahabatnya sekalipun ia tidak pernah bercerita tentang masalah pribadinya. Itulah mengapa, terkadang Haru merasa jengkel dengan sikap Ryuko yang tidak pernah terbuka sedikitpun kepadanya.

"Sudahlah, lebih baik Kau menceritakannya kepadaku. Mungkin nanti Aku bisa membantumu!" Seru Haru seraya memberi saran kepada Ryuko untuk lebih terbuka kepadanya.

"Ak-aku... sedikit merasa tidak enak dengan Ibuku Ru. Aku merasa, seperti anak tak tahu diri. Sebab, selama ini kan Dia yang berjuang membesarkanku seorang diri. Tapi, belum sempat Aku membalas kebaikannya, Aku malah pergi meninggalkannya. Apa, lebih baik kalau Ku urungkan saja ya niatku untuk pergi ke kota D ini ya?" Curhat Ryuko.

"Ini pilihanmu kan?" Tanya Haru tegas.

Ryuko terlihat bingung dengan maksud pertanyaan Haru.

"Ma-maksudmu?" Tanya Ryuko heran.

"Memutuskan untuk belajar hidup mandiri ini pilihan dirimu sendiri kan?" Tanya Haru kembali.

"Iy-iya sih. Tapi tetap saja Aku merasa tidak enak. AHHHH... Aku pusing sekali memikirkan hal ini sejak kemarin." Jawab Ryuko seraya menggarukkan kepalanya.

"Hmm... Aku paham. Intinya, Kau itu khawatir karena meninggalkan Ibumu sendirian kan?" Tanya Haru.

"..." Ryuko tidak menjawab pertanyaan Haru tersebut.

"Hufh... daripada Kau galau tidak jelas. Lebih baik Kau menelpon Ibumu sekarang!" Seru Haru.

"Tap-tapi HPku tidak ada pulsanya Ru." Jawab Ryuko.

"Nih, pakai HPku. CEPAT!" Seru Haru dengan nada tegas seraya menyodorkan HP miliknya.

"Tidak usahlah Ru, malu Aku..." Jawab Ryuko berusaha menolak saran Haru.

"Hadeh~ Kau ini, kenapa malu? Itu kan Ibumu sendiri. Lagi pula, perasaan yang terus dipandam, nanti akan menimbulkan rasa sakit lho~. Selain itu, biasakanlah untuk JUJUR pada perasaanmu sendiri. Aku yakin, sebenarnya Kau sangat ingin menelpon Ibumu kan?. Hanya saja, Kau malu untuk menunjukkan rasa kangenmu itu." Seru Haru. 

"Hmm... Iya-iya. Lagi pula, kenapa Kau begitu peduli dengan masalahku ini sih?" Tanya Ryuko.

"Tiga kata... Karena Kita Sahabat!" Jawab Haru.

 Akhirnya Ryuko menuruti saran dari sahabatnya tersebut dan menelpon Ibunya.

*Tutt...Tutt...Tutt...
"Sepertinya tidak diangkat Ru. Mungkin, Ibuku sedang sibuk saat ini. Nanti saja deh Aku menelponnya kembali!" Seru Ryuko dengan wajah yang memancarkan rasa kecewa.
Namun, ketika panggilan Telepon tersebut ingin dimatikan, terdengar suara seseorang dari telepon tersebut.

"Hal-halo, ini Haru ya??" Terdengar suara Ibu Ryuko.

"Wah... nih diangkat Yu..." Sahut Haru dengan nada semangat.

Seketika Ryuko terlihat senang ketika Ibunya menjawab Panggilan teleponnya.

"Halo bu, ini Ryu~" Sahut Ryuko.

"Owh kamu~ Ibu kira si Haru tadi. Ada apa Nak?" Tanya Ibu Ryuko.

"TANTE ANAKNYA KANGEN NIH SAMA TANTE!!!" Haru berteriak di sebelah tempat duduk Ryuko.

Muka Ryuko seketika memerah karena malu. Maklum, karena dia sama sekali tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepada siapapun.

 "Jang-jangan dengerin si Haru bu. Gak jelas dia mah!" Seru Ryuko berusaha menjelaskan.

"Heheh... Ibu juga kangen kok sama kamu. Biasanya, setiap pagi ada yang ibu ceramahin karena selalu bangun kesiangan. Tapi, pagi tadi tidak ada heheh. Tetapi, ini semua kan keputusanmu. Ibu disini hanya bisa mendukungmu dari jauh dan berdo’a yang terbaik untukmu. Jadi, Kamu tidak usah terlalu mengkhawatirkan Ibu ya~" Sahut Ibu Ryuko.

Terlihat mata Ryuko berkaca-kaca mendegar ucapan Ibunya itu.

"TANTE ANAKNYA NANGIS NIH DENGER UCAPANNYA TANTE!!!" Teriak Haru kembali.

Ryuko mengkerutkan Dahinya dan menatap tajam ke arah Haru.

"Iy-iya bu, Ryu juga kangen pagi-pagi kena ceramahnya Ibu hahah..." Jawab Ryuko.

"...Owh iya, sekarang Ibu lagi ngapain?” Lanjut Ryuko.

"Seperti biasa Nak, Ibu lagi belanja bahan-bahan untuk dagang nanti siang.” Jawab Ibu Ryuko.

"Owh berarti Ibu lagi dipasar dong?” Tanya Ryuko.

"Iya, Ibu lagi dipasar bersama Tantemu juga. Katanya dia akan tinggal sementara dirumah kita!” Jawab Ibu Ryuko.

"Hi, Ryu-kun~ Jangan nakal-nakal ya, disana!” Seru Tante Ryuko.

"Pfft... Ryu-kun katanya” Gumam Haru mendengar ucapan Tantenya Ryuko.

"Cihh..” Ucap Ryuko memandang sinis Haru.

"Iy-iya Tante~” Jawab Ryuko.

"Hahah... Nih Tante kasih kembali teleponnya ke Ibumu.” Lanjut Tantenya tersebut.

"Halo... Nak. Karena Tantemu juga akan tinggal sementara dirumah. Jadi, kamu tidak usah terlalu mengkhawatirkan Ibu ya, lebih baik kamu fokus saja disana. Ibu pasti baik-baik saja kok!” Seru Ibu Ryuko.

"Iya bu. Ryuko berjanji tidak akan menyia-nyiakan waktu Ryuko selama disini.” Jawab Ryuko kembali.

Ibu Ryuko memang sangat peka sekali dengan perasaan anaknya. Jadi, dia sangat paham kalau Ryuko sangat mengkhawatirkannya.

*Perhatian-perhatian sebentar lagi kereta akan memasuki stasiun kota D. Sekali lagi kereta akan memasuki stasiun kota D.

"Bu, sudah dulu ya. Sebentar lagi keretanya mau sampai nih.” Sahut Ryuko.

"Yasudah, Kalian berdua hati-hati disana ya. Ibu akan menelpon teman Ibu yang akan menyewakan kamar untuk kalian berdua. Biar nanti dia yang menjemput kalian di depan stasiun!” Seru Ibu Ryuko.
"Siap, makasih ya bu.” Jawab Ryuko.

Tak terasa setelah menempuh perjalanan hampir 7 Jam, kereta pun hampir sampai di tempat tujuan mereka yaitu stasiun kota D.

"Nih. Thanks ya Ru. Yah~ walaupun Aku hampir mati karena malu karena gak tau harus ngomong apa ke Ibuku. Tapi, sekarang Aku jadi sedikit lebih tenang.” Ucap Ryuko.

"Yaelah kayak sama siapa saja Kau ini. Kalau Kau butuh bantuan, Aku pasti akan selalu membantumu kok. Kita kan Friend ea kan!!” Jawab Haru dengan nada bangga.

“Hahah bisa saja Kau ini.” Ryuko membalas perkataan Haru dengan senyum diwajahnya.

Kereta pun tiba di stasiun kota D. Mereka berdua turun dan bergegas menuju pintu keluar stasiun. Dari keajuhan Haru memperhatikan seseorang perempuan berparas cantik dengan pakaian rapih yang berdiri di samping mobilnya. Namun, ia tidak terlalu menghiraukannya.

“Woi Yu, bentar dah. Emangnya orang yang bakal jemput kita disini siapa ya?” Tanya Haru.

“Kata Ibuku sih teman SMPnya dulu. Kalau, orangnya seperti apa Aku juga kurang tau.” Jawab Haru.

“Lah~ terus sekarang gimana?” Sahut Haru dengan muka sedikit panik.

“Tadi kata Ibuku sih, temannya itu akan jemput kita di depan pintu stasiun. Tapi, menurutku lebih baik kita tunggu saja dulu disini!” Usul Ryuko.

“Yasudahlah, kalau begitu, Aku titip barangku dulu sebentar ya!” Pinta Haru.

“Emangnya Kau mau kemana?” Tanya Ryuko.

“Ke Toilet. Kenapa, Kau mau ikut?” Jawab Haru seraya memegang selangkangannya tanda sudah sangat kebelet.

“Cih... Yasudah jangan lama-lama. Nanti Ku tinggal Kau!” Lanjut Ryuko.

“Iya-iya” Sahut Haru kembali.

Harupun berlari pergi meninggalkan Ryuko menuju Toilet yang ada di lantai dua stasiun.

20 menit berlalu,

30 menit berlalu,

35 menit berlalu, dan masih belum ada tanda-tanda kalau Haru muncul.

“Duh~ nih bocah lama banget. Sudah hampir satu jam belum kembali juga. Apa jangan-jangan dia kesasar. Bisa repot kalau dia sampe kesasar disini.” Gumam Ryuko dengan perasaan kesal campur bingung.

Gak lama Haru muncul dari arah foodcourt stasiun dengan membawa sebuah kantong plastik yang cukup besar.

“Woi PEA, lama sekali Kau. Kayak kambing congek Aku menunggumu disini TAU!” Sahut Ryuko dengan muka kesal.

“Tenang-tenang. Nih buatmu! Aku tahu, terakhir kali Kau makan sebelum berangkat kemarin kan. Kebetulan, tadi Aku melihat toko roti yang mengeluarkan wangi yang enak sekali. Yasudah Aku beli roti ini dulu untukmu.” Jawab Haru berusaha menjelaskan kejadian sebenarnya dengan nada tenang.

Seketika muka kesal Ryuko berubah menjadi datar yang seolah mengatakan bahwa dia tak seharusnya berkata begitu kepada sahabatnya sendiri.

“Huhh... seharusnya, sebelum berangkat tadi. Kau memberitahuku dulu, kalau ingin membeli sesuatu. Jangan membuat orang khawatir seperti ini!”. Sahut Ryuko

“Iya maaf-maaf. Pada awalnya aku memang hanya berniat ketoilet saja. Jadi aku tidak mengira kalau akan membeli makanan dulu.” Jawab Haru.

“Sorry, tadi Aku membentakmu.” Lanjut Ryuko.

“Hahah kayak sama siapa saja Kau ini. Tenang saja, lagian Aku juga merasa bersalah karena membuatmu khawatir. Owh ya, Jemputannya belum dateng juga Yu?” Tanya Haru.

 “Enggak tau ini. Malah langit sudah mulai mendung lagi. Bisa repot kalau sampai kejebak hujan disini.” Jawab Ryuko.

 “Mau menelpon Ibumu dulu gak nih?” Tanya Haru seraya mengeluarkan Hpnya dari saku celananya.

 “Tidak usah lah Ru. Nanti pulsamu habis” Jawab Ryuko menolak saran Haru.

 “Eh, tapi sebentar deh Yu. Coba kita samperin Ibu-ibu yang ada disana yuk...” Seru Haru seraya menunjuk ke arah Ibu-ibu yang dia lihat diawal tadi.

“...Aku curiga, jangan-jangan dia adalah orang yang menjemput kita. Soalnya, dari waktu pertama kita keluar stasiun sampai sekarang. Ibu-ibu itu masih ada disitu njirr.”lanjut Haru.

 “Kenapa Kau tidak bilang dari tadi Haru~: Jawab Ryuko.

Mereka berdua bergegas menghampiri Ibu-ibu tersebut.

 “Maaf permisi bu. Apa Ibu kenal dengan seseorang yang bernama Mayumi Lubis?” Tanya Ryuko dengan nada ragu-ragu.

 “Jangan-jangan... Kamu Kato Ryuko ya?” Tanya Ibu tersebut.

 “Iy-iya benar bu, itu saya.” Jawab Ryuko.

 “Oalah~ rupanya yang dari tadi berdiri di depan pintu keluar stasiun itu kamu toh. Pantas saja, dari tadi Ibu liatin, Itu anak kayak pernah lihat mukanya. Tapi, Ibu mau manggil takut salah orang. Yasudah Ibu tunggu saja disini.” Lanjut Ibu itu.

 “Maaf ya bu gara-gara Kami berdua, Ibu jadi harus menunggu lama di tempat parkir.” Lanjut Ryuko seraya membungkukkan badannya.

 “Hahah iya, gak apa-apa kok. Lagian Ibu juga salah, padahal sudah pernah bertemu denganmu. Tapi, Ibu malah sama sekali tidak mengenali wajahmu...” Jawab Ibu itu.

“... Yasudah, sekarang mending kita langsung saja ketempat Ibu.” Lanjut Ibu itu.

Mereka bertiga pun masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan stasiun menuju tempat Ibu itu.

“Owh ya, bagaimana keadaan Ibumu Kato?” Tanya Ibu itu.

“Alhamdulillah, baik bu.” Jawab Ryuko

“Syukurlah~ Ibu gak nyangka, Ibumu ternyata hebat ya!” Seru Ibu itu.

“Heheh...” Jawab Ryuko seraya mengkerutkan dahinya karena bingun mendengar maksud dari ucapan Ibu itu.

    Terlintas di benak Ryuko ucapan Ibu itu yang menyebutkan kalau dia sudah pernah bertemu dengannya. Padahal setahu Dia, Dia sama sekali belum pernah melihat Ibu itu. Karena rasa penasaran tersebut. Akhirnya, Ryuko memutuskan untuk bertanya kepadanya.

“Owh ya bu, maaf. Tadi Ibu bilang sudah pernah bertemu dengan saya sebelumnya. Kalu boleh tau itu kapan dan dimana ya bu?” Tanya Ryuko.

“Masa Kamu lupa? Dulu kan waktu Kamu kecil, rumah kita bersebelahan. Bahkan Kamu selalu bermain dengan Anak Ibu. Yah, walaupun Kamu sering dibilang banci sih sama Teman-temanmu karena sering bermain dengannya heheh.” Jawab Ibu itu.

‘Pftt...’ Haru berusaha menahan tawa.

“Cih...” Gumam Ryuko terlihat kesal sambil menatap sinis Haru.

“Owh... berarti dulu saya pernah tinggal di daerah sini ya?” Tanya Ryuko kembali.

“Iya... sepertinya kamu memang sudah melupakannya ya hahah. Gak salah juga sih!!” Lanjut Ibu itu.

“Maksudnya?” Tanya Ryuko kembali.

“Buk-bukan apa-apa kok. Owh ya, sebentar lagi kita akan sampai. Ibu akan mengantar kalian berdua sampai gang saja ya, nanti di depang rumah akan ada anak Ibu yang menjemput kalian.” Jawab Ibu itu berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Baik bu.” Jawab Ryuko.

Gak lama setelah pembicaraan selesai. Mereka bertiga tiba di suatu desa dengan jalan satu arah, yang tidak terlalu ramai. Namun, terlihat sangat asri.

“Wih mantap ya Yu. Kiri kanan masih banyak sawah. Jadi segar mataku melihatnya!” Seru Haru antusias.

“Benar Ru, beda banget sama di Kota A ya, yang tiap inchinya cuman ada gedung-gedung tinggi doang hahah” Jawab Ryuko.

“Hahah kayaknya bakal betah nih tinggal disini!” Seru Haru menggoda Ryuko.

“Ntahlah...” Ryuko hanya menjawab dengan nada datar sambil menatap jauh keluar, melalui kaca mobil.

“Akhirnya, kita sampai. Dari sini kalian lurus saja menigkuti jalan kecil. Nanti akan ada anak Ibu disana yang memanggil kalian!” Seru Ibu itu.

“Baik bu. Makasih banyak ya~” Jawab Ryuko seraya membungkukkan badannya.

“Hahah selow saja. Kamu ini, kayak sama siapa saja. Kalau begitu sampai ketemu nanti malam ya. Ibu mau kembali kerja dulu!” Lanjut Ibu itu.

“Dia sangat Gaul untuk seorang Ibu-ibu” Gumam Haru.

“Hush... gak sopan Kau!” Seru Ryuko.

Mereka berduapun berjalan menuju kerumah si Ibu tadi.

“Ui Yu... tadi dia bilangkan lu waktu kecil sering bermain dengan anaknya dan dia juga bilang lu sering di anggap BANCI sama anak-anak lain karena bermain dengan anaknya itu. Berarti, anaknya si Ibu itu perempuan dong?. Kira-kira cakep gak ya!!” Tanya Haru seraya membayangkan sesuatu.

“Bisa gak bagian BANCI nya jangan ditekankan... masalah itu Aku juga tidak tahu. Toh, Aku juga kaget waktu dia bilang dulu kita pernah tetanggaan.” Jawab Ryuko.

Dari kejauhan terlihat seseorang perempuan paruh baya melambaikan tangan didepan rumah bergaya tradisional yang cukup besar.

“Eh, lihat dah. Itu ada Nenek-nenek seperti memanggil kita. Jangan-jangan... eh tapi, masa anaknya tua banget njir!” Seru Haru.

“Hush... gak boleh gitu. Lebih baik kita hampiri saja!” Usul Ryuko seraya menghampiri perempuan paruh baya tersebut.

“Nak, Kamu anaknya Masumi ya?” Tanya Nenek itu.

“Iya benar... kok Nenek bisa tahu?” Jawab Ryuko.

“Wah sekarang Kamu sudah besar ya. Nenek tidak menyangka, bisa bertemu denganmu lagi. Dulu, waktu Kamu pindah bersama Ibumu, Nenek merasa sangat kehilangan sekali. Karena, biasanya Kamu selalu main kesini. Apalagi setiap kali Kamu sedang ngambek, Kamu pasti akan langsung bersembunyi disini. Masih inget Nenek, dulu Kamu pernah ngomong kepada Nenek, kalau Kamu kesal gara-gara gak dibelikan mainan oleh ayah.” Lanjut Nenek itu.

Ryuko terdiam memikirkan perkataan Nenek itu. Maklum, karena Ryuko sama sekali lupa segala sesuatu tentang Ayahnya. Setahu Dia, sejak kecil Dia hanya tinggal berdua saja dengan Ibunya.

“Ayah... maksud Nenek Ayah saya?” Tanya Ryuko penasaran.

“Iy... Owh iya, kalian pasti sangat lelah setelah menempuh perjalanan jauh kan. Lebih baik kalian beristirahat saja dulu di kamar kalian. Biar Nenek tunjukan kamarnya. Jawab Nenek itu.

Nenek tadi pun menunjukan sebuah ruangan dilantai dua kepada mereka.

“Ini adalah kamar kalian. Mungkin tidak terlalu besar, tapi Nenek harap kalian akan betah ya~” Sahut Nenek itu.

“Iy-iya gak apa-apa Nek. Bisa diizinkan untuk tinggal disini saja kami sudah sangat tertolong sekali.” Jawab Ryuko.

“Baiklah kalau begitu Nenek akan kembali kebawah memasak masakan untuk makan malam nanti. Kalau ada yang ingin kalian tanyakan. Cari saja Nenek di dapur ya!” Seru Nenek Itu.

Nenek itupun pergi meninggalkan mereka berdua. Lalu, mereka berdua masuk ke dalam kamar tersebut. Terlihat, disana terdapat sebuah rak buku berukuran sedang serta satu meja belajar dan juga sepasang kasur lantai.

“Lumayan juga ya, kamarnya Yu! Yu...” Seru Haru.

Ryuko terlihat mematung seraya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan tersebut.

“Kau kenapa Yu?” Tanya Haru.

“...Ntahlah, waktu Aku memasuki ruangan ini. Rasanya, seperti Aku pernah kesini sebelumnya...” Jawab Ryuko.

“Mungkin benar apa yang mereka katakan tadi. Kalau Kau memang pernah tinggal disini dulu.” Lanjut Haru.

“Hmm... Aku seperti mengingat sesuatu. Tapi, Aku juga tidak tahu apa itu.” Sahut Ryuko.

“Yasudahlah kita tayakan saja itu nanti. Lebih baik sekarang kita rapihkan dulu barang-barang kita!” Seru Haru.

“Baiklah~” Jawab Ryuko.

Mereka berdua merapihkan barang-barang yang mereka bawa dari dalam koper.

“Owh ya Ru. Aku ingin ke toilet dulu sebentar. Kau lanjutkan saja merapihkan barangnya!” Seru Ryuko.

“Hmm... Yasudah. Tapi ingat! Jangan sampai nyasar ke kamar anaknya si Ibu pemilik rumah ini ya!!” Jawab Haru menggoda Ryuko.

“Ap-apaan sih Kau ini. Aku memang benar-benar ingin ke toilet kok. Kalau Kau mau ikut, ayo... biar Kita adu pedang nanti!” Seru Ryuko dengan nada tinggi.

“Nope” Jawab Haru.

Ryuko pun berjalan kelantai bawah hendak mencari toilet. Tak lama ia mendapati seseorang perempuan berseragam SMA dipintu gerbang depang rumah tersebut. Secara reflek menyapanya.

“Sel-selamat Sore~” Sapa Ryuko.

Namun, perempuan itu hanya mematung sesaat dan menatapnya dengan tatapan datar sebentar. Lalu, kembali berjalan masuk ke dalam rumah tersebut.

“Lha... Dikacangin. Apa Aku punya salah???” Gumam Ryuko heran.

"Apa mungkin... Dia tidak senang jika orang lain menumpang dirumahnya. Kalau begitu, nanti akan Ku bicarakan ke Ibu pemilik rumah ini." Gumam Ryuko kembali.

Sambil bingung memikirkan siapa  dan kenapa perempuan tadi tidak menghiraukannya. Ryuko kembali ke kamarnya...
.
.
.
To be continued

1 Response to "Sticky Note Ryuko - Chapter 0"

Utarakan pendapat Kamu !!!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel